Padang gersang dan tandus. Pemandangan itu yang nampak dari jendela prsawat ketika mendekat ke bandar udara El Tari. Beberapa menit kemudian ketika berada di mobil menuju kantor, driver yang mengatar saya bercerita kalau sudah 6 bulan tidak ada hujan di pulau ini. Hal itu yang kemudian saya kira sebagai penyebab kenapa banyak pohon layu dan kering sepanjang jalan. Panas? Jangan ditanya memang seperti adanya pulau ini. Bahkan konon pada musim hujan pun pulau kecil yang berbatasan langsung dengan negri tetanggan termuda ini amatlah panas menyengat. Letak pulau yang mengandap langsung samudra Hindia menjadi salah satu faktor utama kenapa udara di sini begitu panas.
Namun suasana berbeda kemudian terasa ketika mobil melaju di jalan pesisir dan pandangan mata menangkap biru-nya warna air laut yang menjalar hingga bibir pantai. Meski pesisir pantai yang saya lihat tadi tidak jauh dari pelabuhan tapi itu tak lantas membuat kehilangan kejernihannya. Kejernihan yang dengan tegas memantulkan warna biru langit di atasnya. Hal yang tidak kita bisa kita temui di pesisir sekitar Ibu Kota.
Lautan bersih yang menghadap samudra Hindia adalah berkah terbesar warga di sini. Dari lautan inilah mereka mendapatkan komoditi asli daerah terbesar yaitu Ikan segar yang melimpah. Pada malam hari saya berkesempatan menikmati kelezatan dan kesegaran ikan asli hasil pulau ini di pasar malam ikan Solor. Pasar yang lebih mirip dengan jejeran warung tenda ini sebagaian besar menjual olahan ikan “mati sekali”. Mati sekali adalah istilah yang digunakan di sini untuk merujuk ikan yang baru ditangkap oleh nelayan dan dimasak pada hari yang sama alias baru mati satu kali di hari itu. Berbeda dengan ikan yang biasa kita beli di supermarket yang sudah lebih dari sekali mati karena sudah lebih satu hari mati dan diawetkan dengan es batu.
Sebagai salah satu ibu kota provinsi terluar Indonesia (paling selatan), kesibukan pembangunan terlihat di sepanjang sudut kota. Mulai dari bandara yang sedang di renovasi dan bangunan-bangunan bertingkat yang didukung jalanan luas dan rapi. Semua itu berpadu dengan sudut-sudut kota yang juga sedang ditata dan dipercantik dengan taman-taman kota. Perhatian lebih dari pemerintah pusat dalam beberapa tahun belakangan ini membuat sektor ekonomi disni bergeliat cepat, khusunya dalam bidang Pariwisata. Nampaknya pemerintah daerah mulai tau betul potensi kecantikan wilayah mereka yang mampu mengundang wisatawan lokal maupun mancanegara. Bukti nyata geliat ekonomi pariwisata ini adalah mulai menjamurnya jaringan Hotel yang biasa kita lihat di kota-kota besar di Indonesia.
Kesempatan langka selama dua hari di pulau ini memberikan kesan mendalam bagi saya. Keteguhan sebuah kota paling selatan di Indonesia dalam menjaga laut sebagai berkah terbesarnya. Semoga hal ini terus dapat terjaga dengan semangat dan optimisme untuk memanfaatkan potensi dengan sebaik-baiknya tanpa merusak ekosistem di dalamnya adalah keteguhan yang terus dijaga. Terimakasih