Pengguna internet di Inonesia adalah terbesar ke-5 di Dunia menurut data Internet World Stat tahun 2019. Dan jika kita bebicara intenet tentu tidak bisa lepas dari dua raksasa besarnya yaitu Google dan Facebook. Namun jika kita cermati tidak satupun dari dua raksasa itu menaruh atau memiliki data center di Indonesia. Bahkan Google dan Facebook memilih Singapore sebagai point of presence mereka di Asia Tenggara. Padahal jika lihat jumlah pengguna atau transaksi internet tentu kalah jauh dibandingkan Indonesia. Pertanyaanya kemudian kenapa Google, Facebook, etc masih enggan menaruh Data Center-nya di Indonesia? Nah beberapa waktu lalu saya pernah berkesempatan ngopi-ngopi sore dengan salah satu orang Google Indonesia, dan pada kesempatan itu pula pertanyaan mengelitik saya lemparkan ke dia. Secara jelas dia menjawab bahwa ada tiga hal besar yang menjadi pertimbangan kumpeninya dalam menaruh data center yaitu Infrastructure, Kompetensi, dan Regulasi. Nah bagaimana dengan penilian Indonesia dimata mereka?
Infrastructure, untuk yang satu ini sejatinya kita tidak buruk. Buktinya cukup banyak gedung data center di Indonesia khususnya di Jakarta yang dapat dikatagorikan bagus. Infrastructure pendukung seperti kabel optic juga kita punya cukup banyak bahkan yang menghubungkan langsung ke Eropa dan Amerika pun ada. Beberapa waktu lalu saya sempat menulis tentang ini. Satu faktor yang mungkin masih menjadi PR besar adalah Power. Apalagi dengan kejadian baru-baru yaitu back out di Jakarta Raya karena faktor transmisi. Tentu hal ini akan menjadi pertimbangan khusus bagi Google dan FB jika akan membuat Data Center di Indonesia. Minimal mereka harus mengkonsider untuk membuat atau menyewa pembangkit khusus diluar PLN sebagai back-up atau bahkan main power source mereka. Hal ini artinya akan makin besar Capex yang dibutuhkan untuk membuat Data Center.
Kompentensi, yang satu ini aku sempat diskusi lebih dalam dengan Mr.X dari Google. Saya pun bertanya langsung ke dia, bukankah kita punya banyak ahli-ahli Data Center di Indonesia? Harusnya hal ini tidak jadi masalah dong bagi Indonesia. Namun kemudian dia meluruskan tentang ini, yang dia maksud kompetensi adalah sulitnya bagi mereka menemukan ekpatriat yang mau kerja di Indonesia khususnya Jakarta. Nampaknya macetnya ibu kota sudah terkenal sampai ke antero sana. Disini saya langsung terdiam seketika dan membayangkan bahwa ternyata efek macet bisa sampai ke sini juga. Tapi OK lah setidaknya masalah kompetensi ini sebenarnya kita lulus, hanya saja karena faktor lain sehingga kita juga belum bisa dikatakan lulus dalam penilian mereka.
Regulasi. Bukan berarti regulasi di Indonesia buruk, namun satu hal yang menjadi konsen mereka adalah tentang uncertainty regulasi yang ada di negara kita. Menurut mereka regulasi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh faktor politik dan bahkan bisa berubah seketika apabila terjadi pergeseran kekuasaan politik. Hal ini yang membuat mereka sangat sulit memberikan nilai baik pada faktor regulasi di negara kita. Dan sampai disini saya cuma bisa angguk-angguk saja mendengar penjelasan Mr.X.
Dari uraian tiga hal di atas nampaknya kita sudah bisa menyimpulkanjawab dari pertanyaan: Mengapa Google, Facebook, etc masih enggan menaruh Data Center-nya di Indonesia? Dari tiga faktor utama yang menjadi konsen utama meraka bisa dibilang baru faktor Infrastructure yang bisa kita penuhi, itupun dengan catatan. Sementara untuk faktor lain sepertinya kita masih jauh dari kata memenuhi kriteria. Akan tetapi sejatinya ada peluang untuk memaksa mereka menaruh Data Center-nya di Indonesia melalui Regulasi. Namun apa berani kita mengeluarkan regulasi yang mengatur kewajiban mereka menaruh Data Center-nya di Indonesia? Semoga
Informasi Gambar: Singapore Google Data Center
Sumber: Techcrunch