Baru-baru ini nampaknya istilah VUCA mulai sering terdengar dalam diskusi-diskusi terkait strategy bisnis. Konon katanya VUCA ini adalah salah satu terminilogi yang paling tepat untuk menggambarkan kondisi atau iklim bisnis saat ini baik secara Global maupun di Indonesia sendiri. Berawal dari sekedar Googling sebagai modal mengikuti diskusi, akhirnya ada beberapa hal yang bisa sarikan dan kemudian ingin saya tuliskan di sini. Lalu apa sih sebenernya si-VUCA ini? VUCA adalah akronim yang diperkenalkan mulai tahun 1987 dalam Teori Leadership yang disampikan oleh Warren Bennis and Burt Nanus. VUCA sendiri adalah kepanjangan dari Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity pada suatu kondisi tertentu. Berdasarkan definisi itu tentunya pasti sudah terbayang apa maksud dan artinya serta korelasi terhadap situasi bisnis saat ini. Tanpa perlu beragumen dengan pemikiran kita pasti kita akan langsung setuju bahwa memang tepat jika banyak ahli yang mengunakan istilah “Saat ini kita sedang mengahadapi era VUCA dalam bisnis.
Sedikit lebih detail mengenai apa itu VUCA, berikut yang saya temukan dari beberapa literatur hasil Googling.
Volatility merupakan kecepatan sebuah pergantian dalam industri, pasar, ataupun kondisi umum di masayarakat. Hal ini berhubungan dengan fluktuasi permintaan, turbulensi dan tuntutan time to market yang lebih cepat yang kemudian didokumentasikan dalam literatur industri sebagai dinamika industri. Semakin besar volatility artinya akan semakin sering dan cepat perubahan terjadi.
Uncertainty merupakan sejauh mana keyakinan kita dalam memprediksi apa yang akan terjadi di masa mendatang. Lebih luas uncertainty ini diartikan sebagai ketidakmampuan kita dalam memahamiapa yang sedang dan akan terjadi di lingkup bisnis kita. Hal ini tidak terlepas dari karakteristik suatu lingkungan dimana kita menjalankan bisnis kita, apabila kita berada di lingkungan yang sangat tidak pasti sehingga tidak memungkinkan untuk membuat predisksi apapun berdasarkan basis statistik. Semakin besar uncertainty maka akan semakin sulit untuk diprediksi sehingga menimbulkan potensi resiko yang lebih besar terhadap bisnis kita.
Complexity berhubungan dengan besaran atau jumlah faktor-faktor yang perlu kita perhitungkan serta variasi dan hubungan diantaranya. Semakin banyak faktor, variasi, dan keterhubungan diantaranya akan menimbulkan lingkungan yang semakin complex. Semakin besarnya complexity ini berakibat pada kecilnya kemungkinan untuk melakukan analisis terhadap lingkungan bisnis kita untuk menghasilan kesimpulan yang rasional.
Ambiguity erat kaitanya dengan kurangnya kejelasan tentang bagaimana menafsirkan sesuatu. Ambiguity ini bisa digambarkan dengan situasi dimana informasi yang kita peroleh tidak lengkap, kontradiksi dengan situasai saat ini, atau tidak akurat sehingga tidak dapat ditarik kesimpulan yang jelas terhadap suatu kondisi. Semakin besar ambiguity akan menimbulkan suatu kondisi yang lebih sulit untuk ditarsirkan sehingga mempengaruhi kualitas analisis kita terhadap lingkungan bisnis kita.
Pada prakteknya ke empat kondisi tadi sangat berhubungan erat satu sama lain. Semakin Complex dan Volatile sebuah industri semakin besar kemungkinan munculnya Ambiguity sehingga berakibat semakin sulit bagi kita untuk memprediksi yang berujung pada semakin besar Uncertanty akan akan muncul. Lalu bagaimana kita sebaiknya mengambil posisi terhadap kondisi ini?
Secara teori kita tidak bisa menghindari kondisi VUCA karena hal ini erat kaitannya dengan demand di pasar yang akan terus mengalami perubahan seiring dengan berkembangnya pemikiran manusia. Dengan kata lain selama bisnis kita masih seputar memehuni kebutuhan manusia akan kita tidak akan bisa menghindar atau lepas dari kondisi ini. Namun tentu saja ada hal-hal yang perlu kita lakukan untuk menghadapi situasi ini. Masih banyak literatur yang perlu saya baca untuk bisa memahami bagiaman seharusnya kita menempatkan posisi dala era VUCA saat ini. Pada beberapa kutipan yang saya pernah saya pelajari (sedikit) salah satu kunci untuk menghadapi kondisi ini adalah kita harus mulai meleburkan kompetisi dan meningkatkan kolaborasi. Kolaborasi yang baik akan meminimalisir ambiguity dan membuat kita lebih memahami compleksitas hubungan antar faktor-faktor yang mempengaruhi bisnis kita. Dengan demikian uncertainty dapat kita minimalisir minimal untuk kondisi yang dekat dihadapan kita. Selain itu kolabirasi juga dapat memungkinkan kita untuk memahami demand pasar dan mengatur strategy untuk pemenuhannya sehingga frekuensi atau kecepatan pemenuhan demand dapat lebih kita control.
meningkatkan kolaborasi. apik. konsep opensource dalam bidang software itu juga menekankan bahwa kolaborasi dan kontribusi kembali itu penting. *mbuh nyambung po ora
Dalam beberapa literature sekarang tidak lagi mengenal istilah berkompetisi namun kolaborasi. Mirip-mirip gaya jualan HP di ITC, yang punya produk dan customer bisa siapa saja yang penting bisnis mengalir.